CD-ROM
Persepsi masyarakat mengenai norma adat atta terhadap pendidikan (CD + Cetak)
Pada dasarnya pembangunan dibidang pendidikan telah merata diseluruh wilayah kabupaten, namun persentase tingkat pendidikan kaum ata masih sangat rendah. Hal ini disebabkan pendapat kaum maramba serta kebudayaan dan norma adat yang ada tentang maramba dan ata bahwa setinggi apapun tingkat pendidikan kaum ata tidak akan merubah status sosial kaum ata tersebut dalam masyarakat.
Susunan lapisan masyarakat (strata) yang ada di Sumba Timur sudah ada sejak nenek moyang. Menurut keyakinan masyarakat terdahulu, susunan ini diterima oleh para leluhur dari alkhalik sendiri. Alkhalik sendiri diartikan dalam beberapa ungkapan yaitu “ Na MawuluTau – Na Majii Tau” (yang menciptakan dan yang membuat manusia); lagi disebutnya : “ Ina Pakawurungu – Ama Pakawurungu” (ibu dan bapak pesta); dan “Pandanyura Ngara _ Pandapeka Tamu” (yang tak diucapkan gelar dan yang tidak disebut nama) dan masih banyak ungkapan yang lain untuk menyebut nama Alkhalik (Kapita 1976:9).
Penerapan susunan lapisan (strata) dalam masyarakat asli Sumba Timur berpengaruh besar dalam bidang pendidikan. Masyarakat dengan status maramba memiliki kesempatan lebih untuk menempuh pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi (sarjana), sedangkan untuk yang berstatus ata/hamba kesempatan untuk mendapat pendidikan di sekolah sangat terbatas bahkan ada yang sama sekali tidak dapat menempuh pendidikan (buta huruf). Hal ini disebabkan karena kedudukan kaum ata/hamba yang sepenuhnya harus melayani tuannya (kaum maramba). Kaum maramba tidak ingin jika ata/hambanya berpendidikan yang tinggi sama dengan tuannya.Kehidupan kaum ata sepenuhnya bergantung pada tuannya (maramba) dalam hal makan dan penghidupannya. Ketergantungan kaum ata kepada maramba yang membuat kaum ata tidak mudah untuk menjadi manusia bebas.
Berdasarkan hasil penelitian, persepsi para informan mengenai hal ini, mayoritas mengakui bahwa pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam mengembangkan taraf dan kualitas hidup manusia, dimana informan dari golongan maramba hingga Ata dan masyarakat umum pun berpendapat yang sama, hanya saja jika menilik substansi pendapat yang disampaikan, ada beberapa poin yang dianggap pengecualian, khususnya jika kebijakan wajib pendidikan dihubungkan dengan Kaum Ata, dimana pada prinsipnya sebagai masyarakat yang memiliki adat tertentu khususnya Sumba Timur, maka ada adat dan budaya adalah hal yang lebih didahulukan sebelum menyentuh kebijakan pemerintah. Namun terlepas dari kebijakan yang ketat tersebut, pada dasarnya tidak semua kaum Maramba akan mengekang Atanya, karena ada juga Maramba yang mulai memberikan kesempatan bagi Ata untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini yang kemudian dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan Kaum Ata sulit mendapatkan pendidikan, diantaranya adalah kesempatan yang didapatkan melalui perizinan kaum Maramba, dan faktor lainnya adalah kembali kepada kondisi perekonomian kaum Ata itu sendiri.
Tidak tersedia versi lain