Text
Nyandran strategi dakwah kultural walisongo (sebuah kajian sosial)
Budaya Nyadran adalah salah satu prosesi adat jawa dalam bentuk kegiatan tahunan di bulan Ruwah. Mulai bersih-bersih makam leluhur, masak makanan tertentu-seperti apem, bagi-bagi makanan, dan acara selamatan atau disebut kenduri. Budaya Nyadran merupakan bentuk akulturasi budaya-agama,dan masyarakat Jawa telah melestarikan secara turun temurun budaya ini. Dinamika budaya merupakan salah satu metode dakwah yang digunakab Walisongo.
Budaya Nyadran yang mungkin awalnya adalah perkumpulan untuk mengadakan persembahan pada Dewa atau makhluk ghaib , yang sekarang terjadi pergeseran menjadi aktifitas antara lain untuk menghatamkan bacaan al-Qur'an, berdzikir dan variasi acara lainnya. Ketika budaya Nyadran diisi dengan membaca al-Qur'an,berdzikir, dan pengkajian agama, serta mendoakan leluhur yang berjasa dalam suatu masyarakat, bukankah itu islamisasi, dalam arti memasukkan nilai-nilai Islam dalam suatu budaya?
Islam hadir bukan di tengah masyarakat yang tidak berbudaya, tetapi bersinggungan dengan adat istiadat yang berkembang di masyarakat. Budaya yang baik akan dipertahankan, budaya yang baik akan dipertahankan, budaya yang tidak baik akan diganti dengan budaya yang bermanfaat dan dibenarkan. Demikian juga jika ada budaya yang mengandungsisi positif dan negatifnya, maka akan diluruskan bersamaan dengan berkembangnya suatu budaya. Nyadran sebagai salah satu budaya masyarakat bukan hanya di pahami sebagai ritual keagamaan, tetapi juga dipahami sebagai budaya keagamaan dan bukan sebagai ajaran mendasar agama itu sendiri.
Tidak tersedia versi lain