CD-ROM
Peran Media Komunikasi Dalam Pembentukan Identitas Kultural Sosialita
Kemajuan teknologi membawa dampak besar bagi perkembangan industri.
Produk hasil industri tidak terbentung, jauh melebihi apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan konsumen. Maka dibutuhkan alat untuk membantu melancarkan
penjualan produk, dan media komunikasi menjadi alat terbaik, tidak hanya
berperan sebagai penyedia informasi mengenai suatu kondisi, situasi dan
fenomena; tetapi juga membuatnya, demi melancarkan tercapainya tujuan dari
industri. Untuk itu media bekerjasama dengan periklanan membuat beragam
hegemoni dimulai dari budaya pop yang menghasilkan gaya hidup berdasarkan
paham hedonis dan konsumeris, dengan sosialita sebagai ikon. Cara-cara tersebut
digunakan untuk keberlangsungan imperialisme budaya, versi penjajahan baru
yang membuat negara yang dituju tidak menyadari akan penjajahan tersebut.
Penelitian ini dibuat untuk memahami secara detil peran media dalam
pembentukan identitas kultural sosialita, dan juga peran media dalam
pembentukan gaya hidup sebagai hegemoni imperialisme budaya. Dengan
memahami fenomena yang sedang terjadi, diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat luas dan pihak akademis untuk bijak dalam menyikapi.
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Paradigma Kritis
yang bersifat deskriptif. Tujuan penelitian adalah menggambarkan fenomena
imperialisme budaya dan keberadaan sosialita di masyarakat. Dalam penelitian ini
sosialita ditempatkan sebagai subjek sekaligus objek, untuk dapat memahami
proses terbentuknya gaya hidup. Sebagai tambahan informasi adalah wartawan
dan pelaku media untuk lebih memahami kepentingan di balik hegemoni gaya
hidup dan imperialisme budaya. Sosialita yang menjadi informan dalam penelitian
adalah sosialita ibu kota dan Malang.
Melalui penelitian yang dilakukan, penulis menemukan sebuah
perkembangan yang luar biasa di dalam lingkungan sosialita, fenomena di dalam
fenomena tepatnya. Lapisan yang tercipta dengan persetujuan masyarakat melalui
hasil bujuk rayu media komunikasi. Sebagai setting adalah gaya hidup yang
digambarkan sangat mewah dan membahagiakan. Ini menjadi pendukung dugaan
efek imperialisme budaya telah berkembang begitu cepat, menghasilkan
masyarakat hedonis dan konsumeris, menempatkan kebutuhan primer dan
sekunder di tengah-tengah kebutuhan tersier.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain