Text
Mempertahankan wujud dan rupa arsitektur kolonial di daerah tropis kasus disekitar alun-alun Merdeka kota Malang: disampaikan pada Seminar Nasional Perkembangan Teknologi vs Konservasi Arsitektur, di universitas Merdeka Malang, 28 Agustus 2008
Konflik pada ruang terbuka bukan sebuah hal yang harus dihindari, akan tetapi merupakan sebuah hal yang harus dan akan terjadi pada ruang ruang publik di kota. Kondisi ruang publik di indonesia kini dapat merupakan cerminan dari kondisi sosial pada masyarakat, didalamnya terdapat simbiosis, segresi, konfliks maupun eksploitasi. Secara tradisional kita telah memiliki bentuk-bentuk ruang publik dengan nilai-nilai tertentu. Alun-alun adalah contoh ruang terbuka publik tradisonal yang masih eksis hingga kini, dengan bentuk fisik dan nilai nilainya alun-alun berhasil bertahan sebagai salah satu "pusat kota" tradisional. Alun-alun dalam struktur ruang di Jawa sebagai ruang publik telah bersifat fleksibel yang dapat mengakomodasi berbagai kegiatan dalam satu kawasan. Sebagai suatu proses, pembangunan kota (baik secara parsial; pembangunan satu gedung maupun menyeluruh dalam bentuk perancangan kawasan dan/atau kota) seharusnya disadari merupakan suatu tindakan menambah/merubah dan/atau menghilangkan yang lama untuk menghadirkan sesuatu yang "baru" untuk "memperbaiki" kondisi sebelumnya. Apakah tujuan membangun dalam rangka "memperbaiki" tersebut tercapai (dalam kerangka 3 orientasi tersebut)? Ini yang seharusnya menjadi perenungan kita bersama mulai pada saat penetapan rencana, proses perancangan bahkan pada tahapan pelaksanaan dan operasional suatu proyek pembangunan. Arsitektur Kolonial yang nota bene arsitektur Barat (Belanda, Portugis dan Inggris) yang ada di Indonesia, tentunya harus bersinergi dengan Arsitektur Tropis, karena Arsitektur Tropis juga menjadi arsitektur Indonesia.Kota Malang kaya dengan potensi tinggalan arsitektur Kolonialnya, sebagai suatu Entitas kehidupan kehidupan kota dalam perkembangannya menghadapi permasalahan yang cukup serius.Satu paersatu aset arsitektur hilang, bahkan ciri kawasan secara akumulatif terjadi kecenderungan terjadinya penurunan kualitas visual. Upaya Pelestarian bangunan dan/atau kota rasanya masih terbatas pada wacana, kalaupun sudah ada peraturan masih dirasa sangat parsial. Dan belum menyentuh pada tataran operasional bagaimana upaya pelestarian asset-asset itu harus dilakukan.
Kata kunci: Kolonial
Tidak tersedia versi lain