CD-ROM
Studi kapasitas daya dukung pengaruh pada pondasi dangkal persegi panjang pada tanah Lempung (CD)
Ketepatan memilih geometri pondasi yang sesuai dengan kondasi tanah setempat merupakan salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya suatu struktur pondasi dilihat dari segi efektifitas dan efisiensi, karena kondisi tanah yang ada tidaklah sama antara lokasi satu dengan yang lain. Salah satu fenomena yang ada di lapangan adalah daerah dengan kondisi tanah yang lembek (lempung) atau mempunyai daya dukung rendah. Untuk itu dengan memodifikasi pondasi dangkal yang ditambahkan sirip pada sekelilingnya ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas beban ultimate pondasi dan sekaligus mengurangi besarnya nilai penurunan (Settlement) pada pondasi. Sehingga dengan bertambahnya kapasitas beban ultimate berarti penggunaan pondasi dangkal bersirip pada tanah lembek (lempung) nantinya akan sangat memungkinkan untuk diterapkan, dan secara tidak langsung sedikit mengurangi ketergantungan menggunakan pondasi dalam yang merupakan solusi umum untuk mengatasi keadaan demikian. Dalam penelitian kali ini dimensi pondasi yang digunakan adalah persegi panjang dengan ukuran 20cm x 10cm, sedangkan untuk bagian sirip mempunyai ukuran 15%, 20% dan 30% terhadap lebar pondasi (1,5cm, 2cm dan 3cm) yang kesemuanya terbuat dari baja setebal 10mm. Untuk penganalisaan digunakan teori Terzaghi, Meyerhof dan B.Hansen (untuk kapasitas daya dukung pondasi dangkal), sedangkan pada bagian kapasitas tahanan geser siripnya digunakan metode Alpha, Beta dan Lamdha. Kemudian kedua hasil tersebut digabungkan dan akan didapat kapasitas beban ultimate pondasi bersirip. Selanjutnya dilakukan pembandingan terhadap hasil yang didapat dari pengujian model untuk mengetahui kedekatan diantara keduanya. Dari keseluruhan hasil yang didapat, ternyata penambahan sirip pada pondasi dangkal bisa memberikan suatu pengaruh terhadap peningkatan kemampuan daya dukung (beban ultimate) pondasi. Dimana besarnya persentase rata-rata peningkatan kemampuan daya dukung (beban ultimate) yang tejadi adalah untuk uji model 9,22%, sedangkan berdasarkan teori Terzaghi yang digabungkan dengan metode Alpha, Beta serta Lamdha secara berturut-turut sebesar 7,56%; 0,01%; 7,43%, berdasarkan teori Meyerhof, sebesar 7,62%; 0,01%; 7,50%, dan teori B.Hansen sebesar 7,57%; 0,01%; 7,45%. Dan untuk teori Terzaghi, Meyerhof dan B.Hansen yang digabungkan dengan Metode Alpha, Beta serta Lamdha dibandingkan dengan uji model menunjukkan bahwa nilai uji model lebih besar.
Tidak tersedia versi lain